POLARISASI
A.
Pengertian Polarisasi.
Polarisasi merupakan
proses pengkutuban atau penyerapan/pemfilteran cahaya sehingga dihasilkan arah
gelombang cahaya yang sesuai. Polarisasi bisa kita rasakan saat siang hari yang
cerah warna langit menjadi biru atau dalam dunia modern ini polarisasi
dimanfaatkan untuk pemakaian kacamata polarisasi atau juga untuk kacamata 3D.
B.
Penyebab Terjadinya Polarisasi
1. Polarisasi karena pemantulan (refleksi)
Pemantulan
akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul oleh benda bening dan
sinar biasnya membentuk sudut 90. Di mana cahaya yang dipantulkan merupakan
cahaya yang terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias merupakan sinar
terpolarisasi sebagian. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar
dengan bidang pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias,
berlaku ip + r = 90° atau r = 90° – ip
Cahaya
yang berasal dari cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan dipantulkan ke
cermin. Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin
I dan cermin II saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan
oleh cermin II. Peristiwa ini menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi.
Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin II disebut analisator.
Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar yang
terpolarisasi, sedangkan analisator akan menganalisis sinar tersebut
merupakan sinar terpolarisasi atau tidak.
Polarisasi karena pemantulan cahaya yang datang ke
cermin dengan sudut datang sebesar 57o, maka sinar yang terpantul akan
merupakan cahaya yang terpolarisasi. Cahaya yang berasal dari cermin I adalah
cahaya terpolarisasi akan dipantulkan ke cermin.
Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin I dan cermin II saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar yang terpolarisasi, sedangkan analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar terpolarisasi atau tidak.
2.
Polarisasi
karena absorbsi selektif
Teknik yang umum untuk menghasilkan
cahaya terpolarisasi adalah
menggunakan polaroid yang akan meneruskan gelombang gelombang yang
arah getarnya sejajar dengan sumbu transmisi dan menyerap semua gelombang pada
arah getar lainnya. Pada gambar 4 tampak dua buah
polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua disebut
analisator. Polarisatorberfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi
dari cahaya tak terpolarisasi (cahaya alami).Analisator berfungsi untuk
mengurangi intensitas cahaya cahaya terpolarisasi. Polarisasi karena absorbsi.
Selektif Polaroid
adalah suatu bahan yang dapat menyerap arah bidang getar gelombang cahaya dan
hanya melewatkan salah satu bidang getar. Seberkas sinar yang telah melewati
polaroid hanya akan memiliki satu bidang getar saja sehingga sinar yang telah
melewati polaroid adalah sinar yang terpolarisasi. Peristiwa polarisasi ini
disebut polarisasi karena absorbsi selektif. Polaroid banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar
matahari (kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera.
Prinsip
kerja sistem adalah sebagai berikut, seberkas cahaya alami menuju polarisator.
Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal, yaitu hanya komponen vektor medan
listrik E yang sejajar dengan sumbu transmisi saja yang diteruskan sedangkan
lainnya diserap. Cahaya terpolarisasi yang masih mempunyai kuat medan listrik
belum berubah menuju analisator (sudut antara sumbu transmisi analisator dan
polarisator adalah θ). Di analisator, semua komponen E yang sejajar sumbu
analisator yang diteruskan. Jadi, kuat medan listrik yang diteruskan oleh
analisator adalah
E2 = E cos
θ ……………………………(1)
Jika
cahaya alami tak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator)
memiliki intensitas Io, maka cahaya terpolarisasi yang melewati
polarisator, I1 adalah
I1=
1/2 I0 ……………………………(2)
Cahaya
dengan intensitas I1 ini kemudian datang pada analisator dan cahaya
yang keluar dari analisator akan memiliki intensitas I2 . menurut
hukum Maulus, hubungan antara I2 dan I1 dapat dinyatakan
I2 = I1 cos2 θ
= ½ I0 cos2 θ …………………(3)
Persamaan
3 menunjukkan bahwa analisator berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya
terpolarisasi.
Intensitas cahaya yang diteruskan
oleh sistem Polaroid mencapai maksimum jika kedua sumbu polarisasi adalah
sejajar (θ =
0o atau 180o) dan mencapai minimum jika kedua sumbu polarisasi saling
tegak lurus atau 90o
Polarisasi
jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid
bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya
dengan arah getar yang lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah
getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid. Polaroid banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari
sinar matahari (kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera.
Suatu
cahaya tak terpolarisasi datang pada lembar polaroid pertama disebut
polarisator (Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi),
dengan sumbu polarisasi ditunjukkan oleh garis-garis pada polarisator. Kemudian
dilewatkan pada polaroid kedua yang disebut analisator (Analisator untuk
mengetahui apakah cahaya sudah terpolarisasi atau belum). Maka intensitas sinar
yang diteruskan oleh analisator I, dapat dinyatakan sebagai: I=
I0 cos2q
Dengan
I0 adalah intensitas gelombang setelah melalui analisator.
Sudut q adalah sudut
antara arah sumbu dan polarisator dan analisator.
Persamaan di atas dikenal dengan hukum malus, ditemukan oleh Etienne Louis Malus pada tahun 1809.
Persamaan di atas dikenal dengan hukum malus, ditemukan oleh Etienne Louis Malus pada tahun 1809.
Dari persamaan hukum
Malus ini dapat disimpulkan :
Intensitas cahaya yang
diteruskan maksimum jika kedua sumbu polarisasi sejajar (q = 00 atau q =
1800).
Intensitas cahaya
yang diteruskan = 0 (nol) (diserap seluruhnya oleh analisator) jika kedua sumbu
polarisasi tegak lurus satu sama lain.
3. Polarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila
cahaya melewati suatu bahan yang mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari
satu, Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan
sama ke segala arah. Hal ini karena kaca
bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada
bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit, mika, Kristal gula, Kristal es
dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu
memiliki dua nilai indeks bias (birefringence).
Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda
akan mengalami pembiasan dalam dua arah yang berbeda. Sebagian berkas akan
memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar biasa yang arah cahayanya Lurus
dan cahaya ini tidak terpolarisasi), sedangkan sebagian yang lain tidak
memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar istimewa yang cahayanya di
belokan dan cahaya ini cahaya yang terpolarisasi).
4. Polarisasi karena
hamburan
Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat
terjadi pada peristiwa terhamburnya cahaya matahari oleh partikel-partikel debu
di atmosfer yang menyelubungi Bumi. Cahaya matahari yang terhambur oleh
partikel debu dapat terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari yang cerah langit
kelihatan berwarna biru karena cahaya biru memiliki panjang gelombang lebih
pendek daripada cahaya merah. Hal itu disebabkan oleh warna cahaya biru
dihamburkan paling efektif dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang
lainnya.
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium,
partikel-partikel medium akan menyerap dan memancarkan kembali sebagian cahaya
itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh partikel-partikel medium ini
dikenal sebagai fenomena hamburan. Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang
gelombangnya lebih pendek cenderung mengalami hamburan dengan intensitas yang
besar. Hamburan ini dapat diamati pada warna biru yang ada di langit kita.Hamburan
cahaya oleh partikel kecil bahan adalah salah satu fenomena alam yang indah.
Langit biru dan merahnya sunset adalah peristiwa hamburan. Seperti sinar
matahari melewati atmosfer, sebagian besar diserap oleh molekul udara dan
dengan seketika diberikan pada beberapa arah yang baru. Fenomena hamburan sama
dengan perilaku gelombang air pada benda yang mengapung. Ketika sebuah batu
kecil tenggelam dalam air yang sama, sebuah gabus kecil yang mengapung akan
bergerak naik turun dengan frekuensi dari gelombang yang melewatinya. Gelombang
cahaya divisualisasikan bergerak dalam cara yang sama pada molekul udara.
Pertama sebuah gelombang cahaya mengatur sebuah molekul atau partikel ke dalam
sebuah getaran, gelombang dapat dipancarkan lagi.
Kristal diploid adalah Kristal yang dapat
menyerap secara selektif salah satu komponen yang tegak lurus dari cahaya alam
(takterpolarisasi). Kristal ini mempunyai sumbu yang jika medan listrik cahaya
terpolarisasi linier sejajar dengan sumbu ini dating pada Kristal, maka cahaya
akan diteruskan dengan redaman yang sangat kecil. Sumbu ini disebut sumbu mudah
atau sumbu polarisasi. Biasanya dipasang dua buah Kristal diploid sebagai
polarisator dan yang lain sebagai analisator. Jika sumbu mudah kedua Kristal
saling tegak lurus, maka tidak ada cahaya yang sampai dapat menembus analisator
(medan listrik terserap sempurna). Jika sumbu mudah analisator membentuk sudut
terhadap sumbu mudah polarisator, maka cahaya akan dapat sampai pada pengamat
dengan intensitas sebesar:
I1= I0 cos2 θ ................................(4).
Dengan: I1= Intensitas cahaya setelah melewati
analisator I0= Intensitas cahaya sebelum melewati analisator θ = Sudut
yang dibentuk antara sumbu mudah polarisator dan analisator.
5.
Polarisasi
karena Pemantulan dan Pembiasan
Berdasarkan
hasil eksperimen yang dilakukan para ilmuwan Fisika menunjukkan bahwa polarisasi karena pemantulan dan pembiasan dapat
terjadi apabila cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan saling
tegak lurus atau membentuk sudut 90o.
Di
mana cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya yang terpolarisasi sempurna,
sedangkan sinar bias merupakan sinar terpolarisasi sebagian. Sudut datang
sinar yang dapat menimbulkan cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang
dibiaskan merupakan sinar yang terpolarisasi.
Sudut datang seperti ini dinamakan
sudut polarisasi (ip) atau sudut Brewster. Pada saat sinar pantul dan sinar
bias saling tegak lurus (membentuk sudut 90o) akan berlaku ketentuan bahwa :
i + r = 90o atau r = 90o – i
i + r = 90o atau r = 90o – i
Contoh Soal:
1. Ujung seutas tali
digetarkan harmonik dengan periode 0,5 s dan amplitudo 6 cm. Getaran ini merambat ke kanan sepanjang
tali dengan cepat rambat 200 cm/s. Tentukan:
a. Persamaan umum gelombang
b Simpangan, kecepatan, dan
percepatan partikel di P yang berada 27,5 cm dari ujung tali yang digetarkan
pada saat ujung getar telah bergetar 0,2 s
c. Sudut fase dan fase partikel di P saat ujung
getar telah bergetar
0,2 s
Beda fase antra dua partikel
sepanjang tali yang berjarak 25 cm
Penyelesaian:
a. T = 0,5 s ; A = 6 cm=0,06m ; v = 200
cm/s =2 m/s; gel.
merambat ke kanan
ω =2π/T = 2π/0,5 = 4p rad/s
f =1/T = 1/0,5s = 2
λ =v/f
= 2/2 = 1m
k = 2π
ω 2π/T = 2π/0,5 = 4π
rad/s.
Persamaan umum gelombang:
y= A sin
2π( )= A sin (ωt – kx)
y = 0,06 sin 2π
y= 0,06 sin 2π(2t – x)
b). x = 27,5 cm = 0,275 m ; t
= 0,2 s
Simpangan gelombang:
y = 0,06 sin 2π(2t – x) =0,06
sin 2π(2. (0,2) – 0,275)
y = 0,06 sin 2π(0,4 – 0,275)
= 0,06 sin 2π(0,125) = 0,06 sin
(0,25π)
y = 0,06 sin(45o) = 0,06
(1/2 )= 0,03 m
Kecepatan gelombang:
vy = ω.A. cos (ωt – kx)
= 4π (0,06) cos 45o = 0,12 m/s
Percepatan gelombang:
Ay = - ω2.A. sin (ωt –
kx) = - (4π)2 (0,06) sin 45o
Ay = -
0,96π2 (1/2 )= - 0,48π2 m/s2
c) Sudut
fase, θ=2πφ = 2π(2t – x)= 0,25π ; Fase, φ=θ/2π=
0,25π/2π =1/8.
d) x =
25 cm =0,25m
Beda fase, Δφ=Δx/λ =
0,25/1 =0,25
2) Suatu gelombang sinusoidal
dengan frekuensi 500 Hz memiliki cepat
rambat 350 m/s.
a. Berapa jarak pisah antara dua
titik yang berbeda fase π/3 rad?
b. berapa beda fase pada suatu
partikel yang berbeda waktu 1 ms?
Penyelesaian:
f=500 Hz, v=350 m/s, λ = v/f =
350/500= 7/10 m/s
a) Jarak pisah antara dua
titik yang berbeda fase π/3 rad:
Δθ= π/3; Δφ=Dθ/2π =
1/6; Δφ=Dx/λ ® Δx=Δφ.λ =(1/6)(7/10)= 7/60
b) Beda fase suatu partikel:
t = t2 – t1 = 1 ms = 1 x 10-3 s
Dφ =φ 2 - φ1 = (t1 – t2) f = -
(1 x 10-3 s) 500 Hz = - ½ .
0 komentar:
Posting Komentar